Tahun 1908
Kolonisasi pertama,pemerintah mendatangkan penduduk dari jawa dan sunda.kedatangan pertama kolonis ini ( terutama orang Sunda ) dibawa ke onderafdeling Rejang sebagai kolonis pertanian
Tahun 1909
Talang benih merupakan satu dari tiga desa kolonisasi belanda (Permu, Air Sompiang ).Para kolonis yang pandai bercocok tanam itu, di daerah-daerah tersebut mengalami kesulitan masalah kesehatan. Oleh karena itu tanggal 20 Desember 1910 ke luarlah beslit No 23 yang isinya pemerintah menyediakan anggaran sebesar f 5.000,-untuk memindahkan kolonis suku Jawa ke daerah dekat Muara Aman (Lebong) dan f 3.000,-biaya untuk perbaikan saluran air yang melalui daerah itu.namun keadaan kolonis ini tidak lebih baik dari para kolonis di daerah lebong.
Tahun 1912program pencarian peserta kolonisasi difokuskan pada kelompok petani miskin dari daerah Bagelen dan mereka akan ditempatkan di Pasar Curup. Hal ini antara lain karena hasil percobaan kolonisasi di Kepahiang kurang baik karena lingkungan yang tidak sehat. maka percobaan selanjutnya dialihkan ke Pasar Curup yang banyak terdapat lahan dapat diairi dan lingkungan lebih sehat. Kontrolir G.A. van Drunen juga menetapkan tidak akan mendatangkan lagi migran orang Sunda tetapi migran orang Jawa yang menurutnya lebih mudah diajak kerjasama
Tahun 1913
Jumlah tanaman teh yang ditanam di Talang benih(Curup) berjumlah 200 batang .Tanaman Kopi 9.000 PohonTahun 1914
Desa Talang Benih (Curup) terdapat 30 keluarga migran mengalami kekurangan makan karena persediaan beras sudah habis. Disebabkan karena terjadi musim kering yang panjang hampir semua migran kolonisasi tidak dapat menanam padi. Mereka hanya dapat mengumpulkan kayu bakar untuk dijual dan uang yang didapat bisa untuk membeli kebutuhan hidup.
Sampai Tahun 1915
Desa Talang Benih masih belum berkembang, meskipun jaraknya hanya setengah pal dari Pasar Curup. Penduduk Desa Talang Benih hanya berjumlah 162 orang
Tahun 1915
Jumlah lahan lahan belum dibuka dan sawah tidak digarap masih banyak karena kekurangan tenaga kerja. Lahan persawahan yang baru digarap hanya kurang lebih 10,25 bau, sedangkan luas lahan yang disediakan 100 bau berupa tanah vulkanis yang subur di kaki Bukit Kaba dan terdapat pengairan dari Air Duku.
Tahun 1918
Desa Talang Benih (Curup) mendapat tambahan migran baru sehingga jumlah penduduk bertambah dari 191 orang menjadi 258 orang pada tahun 1919
Tahun 1922
Koloni Pertanian di Onderafdeling Rejang juga dibuka di Lubuk Mumpo
Tahun 1928
Percobaan kolinisasi para buruh kontrak ( dari Pekalongan ) di daerah perkebunan Rejang, yaitu pemukimannya berada diantara Kepahiang dan Curup
Tahun 1932
Di sebelah Timur Curup yaitu di Pelalo didatangkan lagi kolonis berasal dari Blitar (Jawa Timur), yang kedudukan mereka berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah.
Antara bulan Februari—Maret 1931
di daerah Perbo didatangkan lagi (ditempatkan) 600 jiwa kolonis. Mereka terdiri dari korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Kemudian ditempatkan lagi di Rejang kolonis dari Begelen sebanyak 150 jiwa. Pembukaan lahan-lahan kolonisasi terus dilakukan.
Tahun 1935
pemerintah membuka daerah kolonisasi baru bernama Lubuk Mampo sebanyak 200 keluarga yang berasal dari buruh kontrak di Jawa. Untuk anggaran pengiriman biaya para kolonis itu ditanggung oleh Departemen Kehakiman.
Sumber : -Aktifitas Perdagangan Etnis Cina dibengkulu pada Akhir Abad XVIII Awal Abad XX Oleh Heles Yermaini -Sejarah Transmigrasi di Bengkulu Oleh Naim Emel Prahana -Meretas Kehidupan Baru ditanah Harapan Bengkulu Sejarah Bengkulu 1908 – 1944 Oleh Dr. Lindayanti.M.Hum
0 comments:
Post a Comment