Gitar dan vocal Oleh Yulisman
- pengodai taneak pesako
- pengodai taneak pesako
- pun cabe woy be tekik-tekik
- epun cabe woy be tekik-tekik
- meresai do o biaso
- meresai do o biaso
- kaleu tepike woy gi megis atie
- kaleu tepike woy gi megis atie
- bioa mudew benangei musei
- bioa mudew benangei musei
- pun peko woy belebet dawen
- epun peko woy belebet dawen
- ite sejudew gi paset cigei
- ite sejudew gi paset cigei
- ku binamen ko mesoa leyen
- uku binamen ko mesoa leyen
- tabeareneak jamen ne pan njang
- tabereneak jamen ne pan njang
- beak jamen woy si bioa musei
- beak ba jamen woy si bioa musei
- dio celako te cito su ang
- dio celako te cito su ang
- mete cenito woy cigei lak igei
- mete cenito woy cigei lak igei
- tebat siang dalen sedatang
- tebat siang dalen sedatang
- dalen meli ing woy mai sadie perbo
- dalen meli ing woy mai sadie perbo
- dio celako tecito suang
- dio celako tecito suang
- pateak ating sako ku si teko
- pateak ating sako ku si teko
- tabeareneak mai suko datang
- tabeareneak mai suko datang
- dalen bekilok woy mai kawuk perbo
- dalen bekilok woy mai kawuk perbo
- gen padeak nasib yo malang
- gen padeak nasib yo malang
- awak ba payeak woy nusir tun kulo
- awak ba payeak woy nusir tun kulo
Sesuai dengan alam yang berada di pelosok-pelosok bukit barisan, menyebabkan anak-anak Rejang dekat dengan kehidupan alam, sehingga tidak mengherankan jikalaupun mereka sudah jauh pergi merantau tetap saja kencenderungan ingat kepada alam yang indah di dataran tinggi sumatra, meski kadang menjadikan angan-angan untuk pulang. Sejalan dengan keadaan seperti itu terkadang tidak mengherankan apabila dalam kesendirian di dalam belantara sambil mengumpulkan hasil hutan mereka menembangkan lagu-lagu yang memiliki muatan budaya yang tinggi, dan apa yang keluar dari hati mereka biasanya sangatlah erat dengan situasi, dimana tidak ada politik, ataupun intervensi dari pihak manapun melainkan murni guratan suara hati, yang terkadang terdengar lirih, sedih dan sendu. Sya’ir beserta irama itulah yang disebut dengan rejung, adapun sya’ir di sini berupa pantun yang terdiri dari empat bait, dimana dua bait adalah sampiran dan dua bait lagi merupakan isi dari pantun tersebut.
Di dataran tinggi sumatra, seni sastra diturunkan secara lisan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Guritan, Anda-andai, memuning, dan rejung (rejunk) adalah bentuk sastra lisan tersebut. Untuk tiga jenis sastra yang pertama, guritan, andai-andai dan memuning, biasanya tidak memakai media alat musik. Akan tetapi untuk jenis rejung dapat dilakukan tanpa alat musik atau mempergunakan alat musik. Alat musik yang dapat dipergunakan antara lain adalah Ramanika (Accordion), Piul (Violin), Gambus, ataupun Gitar Tunggal. Sementara alat musik yang lain seperti Suling (seruling), Seredam , dan Ginggong (Ginggung) tidak dapat dipergunakan untuk megiringi tembang atau rejung dikarenakan ketiga alam musik tersebut adalah alat musik (sejenis alat musik tiup). Dari sekian alat musik yang dapat mengiringi tembang hanya guitarlah yang paling menonjol dikarenakan berkemungkinan dalam mempelajarinya tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan alat-alat yang lainnya.
Seni rejung ini banyak berkembang pada suku serumpun anak bukit barisan (istilah penulis) atau sering diistilahkan dengan Lagu Batang Hari Sembilan ini terdiri dari beberapa suku antara lain : Rejang, Besemah, Lahat, Ogan, Pagar Alam, Lintang dan daerah yang memiliki kemiripan bahasa degan dealek "e" contoh kata = tebu). (Anak semende dan gitar tunggal blog)(Rejang-lebong,blogspot.com)
0 comments:
Post a Comment