Sewaktu dalam pemerintahan ajai-ajai tersebut,negeri Lebong telah memiliki adat istiadat dan huruf sendiri. Saat itu aturan pemerintahan terlalu keras, barang siapa yang melanggar adat maka pelakunya dibunuh.
Sekitar abad ke 12 atau 13 atau sekitar 600 dan 700 tahun lalu datanglah ke empat orang ini ke Renah Sekalawi ( Lebong ) dari kerajaan Majapahit.
Konon, empat orang ini dikawal oleh para pengawal dan tujuan mereka datang ke Renah Sekalawi ( Lebong ) Pinang Belapis menurut riwayat adalah ingin mencari negeri dan akan di pimpin oleh masing-masing empat putra - putra Raja Majapahit.
Pada masa itu Kerajaan Majapahit sedang terjadi huru hara perebutan kekuasaan diantara putra-putra raja. Karena keempat putra raja ini tidak mendapatkan apa yang diinginkan, akhirnya mereka pergi keluar dari kerajaan. Mereka adalah Tuan Biku Sepanjang Jiwo, Tuan Biku Bermano, Tuan Biku Bembo dan Tuan Biku Bejenggo.
Dalam sejarahnya, dari kerajaan majapahit di dalam perjalanan mereka itu berpencar-pencar, ada yang menyusuri pantai pulau Sumatera sebelah timur, masuk di Palembang,adapula yang mendarat di Lampung dan ada juga yang menyisiri Pulau Perca sebelah Barat.
Yang menyusuri Kuala Katahun lalu memudiki sungai di Renah Sekalawi ( Pinang Belapis ), Dia inilah yang disebut dalam tembo-tembo " Tuan Biku Sepanjang Jiwo ".
Menurut penuturan tokoh masyarakat di Desa Sukasari dikatakan menurut orang tua-tua dulu nama Biku inididapati oleh anak-anak raja di Padang Gersik Bulan tanah Majapahit di bawah Beringin Cala Watus, ketika salah seorang bertanya " Padang apakah ini ? " maka menjawablah Pujuh Putih Inggih Gusti Tuanku Biku Bermano " Inilah Padang Gersik Bulan ".
Sementara itu Tuan Biku Sepanjang Jiwo,karena arif dan bijaksana dan sangat pengasih serta sakti,maka diangkatlah dirinya sebagai Raja oleh bangsa Rejang untuk menggantikan Ajai Bintang yang berkedudukan di Pelabai ( Pelabi ). Kemudian datang pula Tuan Biku Bembo dan menjadi Raja di Ulu Sungai Ketahun menggantikan Ajai Siang yang berkedudukan di Sukanegeri dekat Tapus dan Biku Bermano yang juga datang dan kemusian menjadi Raja Bangmego Pitulai Bermani di Kota Rukam dekat Dusun Tes. Kemudian datang pula Tuan Biku Bejenggo yang memudiki biduk menyusuri Sungai Musi sampai ke Ulu Sungai Musi,akhirnya di sanalah dia diangkat menjadi Raja Bangsa Rejang di Batu Lebar dekat Dusun Agung Rejang.
Ketika Tuan Biku Sepanjang Jiwo berpisah dengan Saudara-saudaranya di Majapahit, dirinya sempat memberikan amanat, Bila ingin mencari dirinya, hendaklah terlebih dahulu ditimbang Air Tujuh Kuala Sungai, Manakala kedapatan suatu sungai yang lebih berat dari yang lain, hendaklah sungai itu di mudiki niscaya akan bertemu dengan dirinyaSuatu saat Tuan Biku Bermano bermaksud untuk mencari saudaranya Biku Sepanjang Jiwo,setelah menimbang air kuala Sungai Ketahun lebih berat dari air kuala sungai lainnya, akhirnya Tuan Biku Bermano pun menyusuri Sungai Katahun dengan menaiki sebuah biduk,akhirnya bertemulah Tuan Biku Bermano dengan saudaranya Tuan Biku Sepanjang Jiwo.
Saat bertemu dengan saudaranya, Tuan Biku Bermano mengatakan Disinilah kiranya saudara-saudara telebong( Telebong artinya terkumpul ) Akhirnya Renah Sekalawi bertukar nama menjadi Lebong. sedangkan negeri tempat pertemuan itu disebut Pelabai yang artinya tempat. setelah keempat biku biku itu menetap dan menjadi raja bangsa Rejang, maka petulai petulai yang diperintahnya itu pun disebut dengan sebutan Bang Mego atau Marga. Bang Mego atau Marga Tuan Biku Sepanjang Jiwo bernama Bang Mego atau Marga Tebui atau Tubai yang berkedudukan di Desa Pelabai ( Pelabi ), kemudian di Dusun Kutai Belau Saten ( Kota Baru Santan ) adalah Marga Suku IX.Bang Mego atau Marga Tuan Biku Bembo bernama Juru Kalang berkedudukan di Dusun Sukanegeri ( Marga Bermani Jurukalang ).Bang Mego atau Marga Tuan Biku Bejenggo bernama Marga Selupu Ea atau Selupu dan berkedudukan di Batu Lebar ( Marga Selupu Rejang ). Sumber : Harian Radar Pat Petulai.
0 comments:
Post a Comment